Rabu, 02 April 2014

pendidikan

bismillahirrahmanirrahim

tulisan ini renungan saya yang masih seumur jagung menjadi seorang pendidik, renungan saya ketika nanti jadi orang tua, insyaAllah..
terlepas dari benar atau salahnya, semoga Allah selalu menuntun kita dalam kebaikan..

ketika menjadi orang tua, memiliki anak, anaknya bagus di menggambar tetapi nilai matematikanya kurang bagus.. apa yang akan dilakukan?

Rata-rata orang tua mungkin akan memberikan les matematika pada anaknya agar tidak ketinggalan dalam pelajaran tersebut..
Saya tidak ingin seperti itu, saya ingin memberikan les menggambar padanya agar ia lebih mahir lagi menggambar.. bolehkah?
Mengenai nilai matematikanya yang kurang, saya akan coba berbicara padanya sambil mengobrol santai.. matematika itu penting loh dalam kehidupan kita, contohnya..
kamu memiliki uang Rp 30.000 ingin membeli sebuah buku gambar seharga Rp 5.500, pensil seharga Rp 2.000, dan pensil warna seharga Rp 11.500. Berapa uang yang harus kamu bayarkan dan berapa sisa uang milikmu?
atau ketika kamu dapat menyelesaikan warna sebuah gambar dalam waktu 15 menit, temanmu 20 menit, dan seorang temanmu yang lain 25 menit. Pada jam 9.00 kalian menyelesaikan warna sebuah gambar bersama-sama, pada jam berapa lagi kalian menyelesaikan gambar bersama-sama?
dan juga ketika kamu memiliki 24 buah pensil dan 36 buah penghapus, akan kamu berikan kepada beberapa orang temanmu dengan jumlah yang sama, pada berapa orang teman dapat kau berikan? dan masing-masing mendapatkan berapa pensil dan penghapus?
maukah kamu jika ibu yang mengajarimu matematika?

Apakah saya harus bangga jika nilai matematika anak saya bagus, tetapi ia tidak mengerti untuk apa matematika itu digunakan?
Mengapa dikatakan 'pintar' ketika nilai matematikanya bagus? Ketika nilai menggambarnya bagus apakah masih tetap dikatakan 'pintar'?
 
Apa yang saat ini harus dipelajari oleh anak-anak kelas 1 SD rasanya berat banget.. Dilema sebetulnya.. huhuhu
Apakah saya harus bangga jika nanti anak saya kelas 1 SD dia sudah sangat lancar membaca tapi tidak tahu bagaimana harus menghargai dan menghormati orang lain?

Hiiii,,, ada di sekolah formal ini membuat saya jadi berpikir jika memiliki anak apakah sebaiknya home schooling saja..
Agar tak hanya orak kirinya saja yang berkembang, kalau ternyata ia memeliki otak kanan yang lebih dominan? dan agar dapat saya ajarkan banyak hal tentang empati..

Pola asuhan yang kurang tepat itu benar-benar berpengaruh pada karakter anak-anak, saat kelas 1 SD hal ini dapat diamati cukup jelas..
Ketika anak tidak diajarkan untuk mengalah, ketika anak terlalu dimanja, ketika anak bergantung pada 'mbak'nya, ketika anak sangat taat pada aturan, dan lain-lainnya..

Alhamdulillah, diberikan kesempatan sama Allah agar pikiran saya lebih terbuka..
Pendidikan atau belajar itu tidak harus formal, masuk sekolah-sekolah atau perguruan tinggi.. Belajar dapat dilakukan dimana saja.. Dan syukuri jika saat ini kita berada di sekolah atau perguruan tinggi, banyak orang yang mendambakan kesempatan dapat belajar seperti kita sekarang ini berada..

Bertemu dengan seseorang yang mau terus belajar dan mengamalkan ilmunya itu lebih berarti daripada menemukan orang yang pintar tapi tidak tahu untuk apa ilmunya ia gunakan..
Selagi masih ada kesempatan belajar sekolahlah setinggi-tingginya.. :)
Dan semoga ada kesempatan untuk mempelajari dunianya anak-anak lebih dalam lagi..
 
 
Bandung, sampai 2 April 2014
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar