Bismillahirrahmanirrahim
Hai Bu Larrah, miss u so bad.. hehe
Gak ada lagi yang ngetawain kalau saya salah hahahahaa :p
Atau kalau ada unek-unek pikiran makasih pernah jadi pendengar nomor 1..
n kalau saya 'gak jelas' saya cuma bisa tertawa sendiri.. hahahaha :D
Yang mengajarkan saya bahasa gaul sunda.. hehe XD
Izin share ya bu.. Tulisan ini saya temukan dari FB mu.. ada seseorang yang bertanya padamu tentang homeschooling dan boarding school. Dan penjelasan yang kau berikan simple dan berbobot.. hehe
Menurut saya ini info yang sangat bagus..
Suatu waktu, semoga Bu Larrah temukan blog ini.. hehe
Tong kaget ah mun tulisan ente aya di sini.. semoga bisa bermanfaat..
insyaAllah bermanfaat buat saya nantinya..
Dan kalau saya jadi penulis kelak, jadi Editornya ya :)
Tanya (T) : Klo d lihat dr manfaat nya bu lara klo homeschooling dan boardingschool
lbh byk mana manfaatnya? Fktr ap aj yg hrs d pertimbgkan?
Jawab (J) : Berdasarkan
ilmuku yang masih cetek, tapi mau sharing dikit nih --> Waktu ikutan
seminar Home Education, aku baru tercerahkan lagi. Bahwa dalam konsep
islam, sebetulnya tidak ada sistem boarding school. Kalo diliat dari
shirah, di zaman rasul itu yang dicontohkan adalah -home stay- (istilah
sekarang). Jadi, menitipkan anak pada orang/ keluarga yang kita
percayai. Dimana sang anak akan turut pula dididik di sana. Selain home
stay, yang relevan lagi adalah bekerjasama dengan komunitas. Komunitas
yang bagaimana? Ya yang 1 visi sama visi pendidikan keluarga kita. Dalam
komunitas kan tandanya ada berbagai potensi dan kompetensi yang
beragam, saling berbagi karena sudah 1 visi.
Jadi,
keluarga tetap jadi inti dari pendidikan anak, sedangkan komunitas
adalah pendukungnya. Anyway, memang setiap boarding school gak sama.
Palingan, kita harus selektif dalam melihat 'kurikulum' di dalamnya.
Carilah yang bisa membuat sang anak nyaman. Nyaman disini dalam artian
bisa mengakomodasi potensi dan kebutuhannya. Dan cari juga yang 'aman.'
Aman disini, yaa lebih pada kita mengetahui track record dari boarding
school tsb.
Jadi,
disini aku ndak akan bilang mana yang lebih bagus dari yang mana. Tapi,
justru orangtua yang harus menentukan standardisasi sendiri, Standard
apa yang orangtua inginkan bagi pendidikan anaknya? Nah, pasti kan
beda-beda. Dari situ deh, baru bisa memutuskan akan memilih jalur
pendidikan yang mana. Intinya, disesuaikan dengan kemampuan orangtua ,
kebutuhan anak, standar dan visi pendidikan yang disepakati.
sebab,
saya punya bukti nyata mereka yang sukses mendidik anaknya dengan 2
metode tsb. Misal: untuk home education: Bu Septi Peni Wulandani, ayah
Edy, Aar Sumardiono, dsb. Yang boarding school: Almh Ustdzah Yoyoh
Yusroh, Bu Wirianingsih (punya anak 10 penghafal Qu'ran), dll.
Sekian hemat saya, semoga gak puas dan semakin mencari. Jangan lupa bagi-bagi yuaaah.
T : Klo
home schooling itu seperti apa sii chik?gurunya yg dateng ke rumah?atau
gmn?jujur masih blank ama homeschooling,entah ngeliatnya cm trend
semata ...
J : no..no..no, honey... Kalo gurunya yang diminta ke rumah, namanya les privat. hehe. Inti dari
home education adalah, basic pendidikan adalah di rumah. Orangtua bisa
membuat kurikulum sendiri berdasarkan visi pendidikan yang disepakati.
Jadi...orangtua itu sebagai kepseknya pun sebagai gurunya. Sifatnya
customize say.. Sesuaikan sama kemampuan kita.
Home
schooling itu, bukan sekolah yang dipindahkan ke rumah. waktu di
seminar, narsum bilang, untuk tentukan visi pendidikan (bersama
pasangan), maka diskusikan bersama apa yang ada di benak masing2 saat
dengar kata: 1) belajar, 2) guru dan 3) sekolah. Nah, 3 kata ini yang
biasanya jadi dasar untuk mengetahui persepsi seseorang tentang
pendidikan.
T : Ohhh begitu....klo homeeducation mah berarti mw sekolah dimanapun,homeeducation mah harus selalu ada.. Nah
minta tips nyaaa chik buat wm biar bisa optimal pada homeeducation
nyaaa..kan bagaimanapun kuantitas waktu untuk wm pasti lebih sedikit
dibanding ftm...nuhuuun
(wm : working mom; ftm : full time mom)
J : ini
bukan tren say, justru inilah "geliat". Dulu memang belum banyak yang
pakai sistem dan metode ini. Sebab, memang belum -membumi- aja. Yang
praktekin suka dianggap nyeleneh malah. pe skrg juga sih, haha.
Ditambah semakin banyak fenomena permasalahn yang disebabkan oleh
sisdiknas kita. Jadi, home education adalah jalur "pendidikan
alternatif". Dan ini diakui oleh Undang-Undang.
kalo untuk WM, aku rekomendasikan buku bagus dari Melly Kiong.
Beliau WM tapi jago banget atur waktunya. Untuk anak2 usia
tumbuh-kembang, mmg butuh kuantitas waktu. Kalo anak dah mulai dewasa,
baru bisa pake -waktu berkualitas-. Idealnya seperti itu. Tapi, kondisi
keluarga yaa beda-beda. Bagi WM, optimalkan beberapa momen ini: saat
makan (malam ato pagi), saat mau tidur. Momen tsb bisa dipake untuk
saling bercerita, memberikan afirmasi2 positif pada anak, membacakan
dongeng, dsb. Dan saat kita sudah pulang kerja, luangkan waktu utk main
bersama. Tapiii, kita memang harus terlibat secara UTUH..gak cuma
fisik..tapi jiwa dan pikiran juga. Kalo dikantor, sempatkan telepon,
meski cuma say 'hi' doang. Intinya bangun terus kedekatan dengan
komunikasi..
T : okeyyy....alhamdulillah pengasuhnya kooperatif,ga terganggu ketika tha sering sms nanya arshad..hehehe
apa ada hal teknis yg bisa tha lakuin chik?misalnya apa aja perangkat belajar yg bisa disiapkan bagi seorang ibu WM
J : Kalo
perangkat belajar mah disesuaikan sama usia pastinyah. hehe. Yang
jangan dilupakan adalah tanamkan pada anak untuk cinta buku. Kalo masih
balita mah, yaa dengan dibacain dongeng. Para mommy (ortu), baiknya
punya skill mendongeng ... soalnya 'works' bgt untuk internalisasi
nilai2. Cara mendongeng yang menarik. Nenek Chika aja bilang, beliau
bisa sayang bgt sama ortunya karena suatu dongeng...
Step
ngenalin buku : mendongengkan --> buku bergambar (biasanya yang
tebal2/ halaman) --> buku bernarasi tapi lebih banyak gambar -->
buku yang tipis2 --> buku yang penyajiannya 'lucu' dan menarik -->
buku narasi dengan font besar --> anak akan mulai tertarik sendiri
aneka buku yang lebih menantang...
T : chik...apa
mungkin anak bisa ga tertarik sm buku?arshad ku lebih konsen dan
tertarik oleh barang (contoh alat dapur)...bahkan tv yg isinya kartun
pun ga suka,dan ga betah lama2 di depan tv...
J : Bukan
tidak tertarik kayaknya ya, tapi belum tertarik.hehe. Kan belum tahu
juga, masih balita kan ya. Kalo waktu ngajar anak2 SD mah, ortunya suka
cerita, awal anak2nya senang baca adalah karena suka didongengin sama
ortunya dengan cerita2 yang mnarik dan
bikin mereka penasaran. NAh, saat mereka penasaran biasanya suka pengen
nyari tau sendiri. Suka ujug2 pengen diajarin baca. Ya, karena sudah
daper 'triger' bacanya itu teh. Alhamdulillah atuh kalo gak betah depan
TV mah ta..hehe. Poin plus malahan. Pastinya, anak2 tertarik pada
barang2...karena imajinasi bermainnya langsung terpancing. Ato mungkin
tar anak tha tipe yang kinestetik ya, hehe. Seneng praktik, eksplorasi..
Diskusi yang menarik Bu Larrah.. :D
Hatur nuhun infonya,, hehehe
Bandung, 28 September 2014