Minggu, 28 September 2014

homeschooling dan boardingschool

Bismillahirrahmanirrahim

Hai Bu Larrah, miss u so bad.. hehe
Gak ada lagi yang ngetawain kalau saya salah hahahahaa :p
Atau kalau ada unek-unek pikiran makasih pernah jadi pendengar nomor 1..
n kalau saya 'gak jelas' saya cuma bisa tertawa sendiri.. hahahaha :D
Yang mengajarkan saya bahasa gaul sunda.. hehe XD

Izin share ya bu.. Tulisan ini saya temukan dari FB mu.. ada seseorang yang bertanya padamu tentang homeschooling dan boarding school. Dan penjelasan yang kau berikan simple dan berbobot.. hehe
Menurut saya ini info yang sangat bagus..
Suatu waktu, semoga Bu Larrah temukan blog ini.. hehe
Tong kaget ah mun tulisan ente aya di sini.. semoga bisa bermanfaat..
insyaAllah bermanfaat buat saya nantinya..
Dan kalau saya jadi penulis kelak, jadi Editornya ya :)

Tanya (T) : Klo d lihat dr manfaat nya bu lara klo homeschooling dan boardingschool lbh byk mana manfaatnya? Fktr ap aj yg hrs d pertimbgkan?

Jawab (J) : Berdasarkan ilmuku yang masih cetek, tapi mau sharing dikit nih --> Waktu ikutan seminar Home Education, aku baru tercerahkan lagi. Bahwa dalam konsep islam, sebetulnya tidak ada sistem boarding school. Kalo diliat dari shirah, di zaman rasul itu yang dicontohkan adalah -home stay- (istilah sekarang). Jadi, menitipkan anak pada orang/ keluarga yang kita percayai. Dimana sang anak akan turut pula dididik di sana. Selain home stay, yang relevan lagi adalah bekerjasama dengan komunitas. Komunitas yang bagaimana? Ya yang 1 visi sama visi pendidikan keluarga kita. Dalam komunitas kan tandanya ada berbagai potensi dan kompetensi yang beragam, saling berbagi karena sudah 1 visi.
Jadi, keluarga tetap jadi inti dari pendidikan anak, sedangkan komunitas adalah pendukungnya. Anyway, memang setiap boarding school gak sama. Palingan, kita harus selektif dalam melihat 'kurikulum' di dalamnya. Carilah yang bisa membuat sang anak nyaman. Nyaman disini dalam artian bisa mengakomodasi potensi dan kebutuhannya. Dan cari juga yang 'aman.' Aman disini, yaa lebih pada kita mengetahui track record dari boarding school tsb.
Jadi, disini aku ndak akan bilang mana yang lebih bagus dari yang mana. Tapi, justru orangtua yang harus menentukan standardisasi sendiri, Standard apa yang orangtua inginkan bagi pendidikan anaknya? Nah, pasti kan beda-beda. Dari situ deh, baru bisa memutuskan akan memilih jalur pendidikan yang mana. Intinya, disesuaikan dengan kemampuan orangtua , kebutuhan anak, standar dan visi pendidikan yang disepakati.
sebab, saya punya bukti nyata mereka yang sukses mendidik anaknya dengan 2 metode tsb. Misal: untuk home education: Bu Septi Peni Wulandani, ayah Edy, Aar Sumardiono, dsb. Yang boarding school: Almh Ustdzah Yoyoh Yusroh, Bu Wirianingsih (punya anak 10 penghafal Qu'ran), dll.
Sekian hemat saya, semoga gak puas dan semakin mencari. Jangan lupa bagi-bagi yuaaah.

T : Klo home schooling itu seperti apa sii chik?gurunya yg dateng ke rumah?atau gmn?jujur masih blank ama homeschooling,entah ngeliatnya cm trend semata ...

J : no..no..no, honey... Kalo gurunya yang diminta ke rumah, namanya les privat. hehe. Inti dari home education adalah, basic pendidikan adalah di rumah. Orangtua bisa membuat kurikulum sendiri berdasarkan visi pendidikan yang disepakati. Jadi...orangtua itu sebagai kepseknya pun sebagai gurunya. Sifatnya customize say.. Sesuaikan sama kemampuan kita.    
Home schooling itu, bukan sekolah yang dipindahkan ke rumah. waktu di seminar, narsum bilang, untuk tentukan visi pendidikan (bersama pasangan), maka diskusikan bersama apa yang ada di benak masing2 saat dengar kata: 1) belajar, 2) guru dan 3) sekolah. Nah, 3 kata ini yang biasanya jadi dasar untuk mengetahui persepsi seseorang tentang pendidikan. 

T : Ohhh begitu....klo homeeducation mah berarti mw sekolah dimanapun,homeeducation mah harus selalu ada.. Nah minta tips nyaaa chik buat wm biar bisa optimal pada homeeducation nyaaa..kan bagaimanapun kuantitas waktu untuk wm pasti lebih sedikit dibanding ftm...nuhuuun

(wm : working mom; ftm : full time mom)

J : ini bukan tren say, justru inilah "geliat". Dulu memang belum banyak yang pakai sistem dan metode ini. Sebab, memang belum -membumi- aja. Yang praktekin suka dianggap nyeleneh malah. pe skrg juga sih, haha. Ditambah semakin banyak fenomena permasalahn yang disebabkan oleh sisdiknas kita. Jadi, home education adalah jalur "pendidikan alternatif". Dan ini diakui oleh Undang-Undang.
kalo untuk WM, aku rekomendasikan buku bagus dari Melly Kiong. Beliau WM tapi jago banget atur waktunya. Untuk anak2 usia tumbuh-kembang, mmg butuh kuantitas waktu. Kalo anak dah mulai dewasa, baru bisa pake -waktu berkualitas-. Idealnya seperti itu. Tapi, kondisi keluarga yaa beda-beda. Bagi WM, optimalkan beberapa momen ini: saat makan (malam ato pagi), saat mau tidur. Momen tsb bisa dipake untuk saling bercerita, memberikan afirmasi2 positif pada anak, membacakan dongeng, dsb. Dan saat kita sudah pulang kerja, luangkan waktu utk main bersama. Tapiii, kita memang harus terlibat secara UTUH..gak cuma fisik..tapi jiwa dan pikiran juga. Kalo dikantor, sempatkan telepon, meski cuma say 'hi' doang. Intinya bangun terus kedekatan dengan komunikasi..

T : okeyyy....alhamdulillah pengasuhnya kooperatif,ga terganggu ketika tha sering sms nanya arshad..hehehe
apa ada hal teknis yg bisa tha lakuin chik?misalnya apa aja perangkat belajar yg bisa disiapkan bagi seorang ibu WM

J : Kalo perangkat belajar mah disesuaikan sama usia pastinyah. hehe. Yang jangan dilupakan adalah tanamkan pada anak untuk cinta buku. Kalo masih balita mah, yaa dengan dibacain dongeng. Para mommy (ortu), baiknya punya skill mendongeng ... soalnya 'works' bgt untuk internalisasi nilai2. Cara mendongeng yang menarik. Nenek Chika aja bilang, beliau bisa sayang bgt sama ortunya karena suatu dongeng...
Step ngenalin buku : mendongengkan --> buku bergambar (biasanya yang tebal2/ halaman) --> buku bernarasi tapi lebih banyak gambar --> buku yang tipis2 --> buku yang penyajiannya 'lucu' dan menarik --> buku narasi dengan font besar --> anak akan mulai tertarik sendiri aneka buku yang lebih menantang...

T : chik...apa mungkin anak bisa ga tertarik sm buku?arshad ku lebih konsen dan tertarik oleh barang (contoh alat dapur)...bahkan tv yg isinya kartun pun ga suka,dan ga betah lama2 di depan tv...

J : Bukan tidak tertarik kayaknya ya, tapi belum tertarik.hehe. Kan belum tahu juga, masih balita kan ya. Kalo waktu ngajar anak2 SD mah, ortunya suka cerita, awal anak2nya senang baca adalah karena suka didongengin sama ortunya dengan cerita2 yang mnarik dan bikin mereka penasaran. NAh, saat mereka penasaran biasanya suka pengen nyari tau sendiri. Suka ujug2 pengen diajarin baca. Ya, karena sudah daper 'triger' bacanya itu teh. Alhamdulillah atuh kalo gak betah depan TV mah ta..hehe. Poin plus malahan. Pastinya, anak2 tertarik pada barang2...karena imajinasi bermainnya langsung terpancing. Ato mungkin tar anak tha tipe yang kinestetik ya, hehe. Seneng praktik, eksplorasi..         

Diskusi yang menarik Bu Larrah.. :D
Hatur nuhun infonya,, hehehe

Bandung, 28 September 2014 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar