Minggu, 25 Desember 2011

Indonesia Mengajar (Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri)

Bismillahirrahmanirrahim

Saya paling suka membaca buku yang mencampur adukkan perasaan.. Di suatu saat mungkin saya akan tersenyum dan tertawa serta di saat yang sama juga mungkin saya akan menangis.. Mengaduk-aduk emosi.. :D

Buku ini termasuk buku yang saya suka, mengaduk-aduk perasaan serta emosi.


Pendidikan, masih saja menjadi barang mahal di tanah saudara-saudara kita yang jauh dari pusat. Banguanan yang hampir roboh, fasilitas yang kurang memadai, jarak yang jauh dan terjal, kurangnya tenaga pengajar, dan masalah-masalah lain masih saja terjadi.

Lalu bagaimana ceritanya kalau anak-anak muda, generasi penerus bangsa ini tergerak hatinya. Mereka adalah 51 Pengajar Muda yang terpilih dari 1383 calon. Mereka rela meninggalkan kenyamanan kota dan jauh dari keluarga untuk mengabdi di pelosok negeri, sebagai guru. Tidak hanya sekedar mengajar baca tulis hitung, mereka juga mengajar banyak nilai-nilai kebaikan, pun gantian belajar pada masyarakat asli.

Buku ini menceritakan kisah para Pengajar Muda yang ditempatkan di beberapa pelosok negeri. Kesulitan, kebahagiaan, tangis, dan tawa mewarnai kisah mereka. Buku ini juga menunjukan seperti apa wajah pendidikan negeri ini. Apa benar ada kebiasaan guru memukul muridnya dengan rotan? Apa benar guru jarang datang ke sekolah, terutama saat hujan deras?

Nikmati seluruh kisah mengharukan itu di buku ini!

Pendidikan adalah gerakan mencerdaskan bangsa yang harus melibatkan semua orang : mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. SubhanAllah, salaut sama Pak Anies Baswedan (semoga langkah beliau selalu di rahmati Allah), untuk menuntaskan janji kemerdekaan Indonesia "...mencerdaskan kehidupan Bangsa..." maka beliau mendirikan sebuah program Indonesia Mengajar.

Membaca buku ini saya tertawa ketika ada salah seorang pengjar muda disuruh memberikan nama bagi seorang bayi perempuan yang baru lahir dan ketika dia disuruh mengganti nama seorang bocah balita.
Membaca buku ini saya merinding disko (heheee :p gak usah pake disko kali yaaa..) ketika tiba disebuah judul "membaca Indonesia raya", membuat saya lebih memahami arti kata BERSYUKUR.
Dan pada judul "tentang 4,5 jam" membuat saya juga lebih-lebih-lebih memahami arti kata BERSYUKUR, tulisan yang seorang Pengajar Muda tulis untuk orang-orang yang selalu mengeluh dengan apa yang mereka miliki saat ini. "Tidak ada salahnya dan alangkah indahnya untuk urusan duniawi kita menengok ke bawah dan tidak selalu keatas". Dia juga memberikan pernyataan "Percayalah hanya dengan berempati kita akan lebih menghargai kehidupan yang kita miliki saat ini. Karena terkadang hidup dengan kesederhanaan akan terasa lebih bahagia, tenang, dan tak dibebani oleh pikiran-pikiran yang tidak semestinya ada dalam pikiran kita".
Membaca buku ini saya menangis terharu-haru ketika Satriana murid kelas 5 SD bertemu dengan wakil presiden.
Membaca buku ini saya tersenyum ketika pada saat ujian matematika, ada pertanyaan "Apakah yang dimaksud dengan sudut tumpul?" ada anak yang menjawab "karena tidak diasah".
Saya tersenyum ketika salah seorang pengajar muda yang beragama Nasrani mengucapkan "Assalamualaikum" saat ia beranjak dari rumah seorang warga Majene, Uwa Pila, Uwa Pila tertawa dan bilang "jangan Assalamualaikum. Selamat sore!" dan apa yang dikatakan pengajar muda membuat hati saya tersentuh, "Untuk saya, Pak, Assalamualaikum adalah bentuk doa yang diucapkan dalam Bahasa Arab".
Saya belajar tentang KEHIDUPAN dari "manusia auksin", bahwa kita harus tumbuh subur di bawah sinar matahari yang merupakan perumpamaan dari sebuah kondisi yang mudah dan menyenangkan. Tetapi, tak selamanya kita akan menemukan matahari dalam kehidupan kita. Kadang ada kondisi dimana semuanya gelap, seperti tak ada harapan. Karena itu kita harus menjadi manusia auksin. Dalam terang kita tumbuh subur, dan dalam gelap kita menjadi lebih tinggi, lebih dewasa.

Bukunya keren banget, banyak cerita yang buat saya tersenyum dan terharu, tertawa dan menangis..
Banyak juga yang membuat miris, begitu jauhnya kesenjangan pendidikan yang terjadi di Bangsa ini..
Ya Allah, Indonesia..
Masih banyak ko yang peduli pada Bangsa ini, karena mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.. :)
Banyak tingkah anak-anak yang masih polos dan lugu, benar sekali quote salah seorang pengajar muda, bahwa "anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa".
Di pelosok Indonesia sana banyak cita-cita mulia anak-anak yang belum menemukan jalannya, banyak anak-anak yang pandai, keinginan mereka untuk sekolah, kegigihan semangat mereka.. Ya Allah berkahi mereka..

Tentang Buku : Pengajar Muda. 2011. Indonesia Mengajar (Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri). Penerbit Bentang, Yogyakarta.

Membaca Profil Pengajar Muda angkatan I ini, subhanAllah..
memang bukan 'orang-orang sembarangan',
mereka benar-benar putra-putri terbaik di Republik ini, generasi baru yang terdidik, berprestasi, dan memiliki semangat juang..
~setahun mengajar seumur hidup menginspirasi~


Ya Allah, please..
pengen banget keterima jadi Pengajar Muda :D

Bandung, 25 Desember 2011
Nafsa Karima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar